Pancasila
Pancasila sering kita kenal sebagai dasar negara sekaligus pandangan hidup bangsa Indonesia. Di sisi lain, biologi adalah ilmu yang membahas segala bentuk kehidupan, dari tingkat sel hingga ekosistem global. Keduanya tampak berbeda: Pancasila berakar pada filsafat dan nilai, sementara biologi bertumpu pada sains dan data. Namun, dalam konteks pendidikan tinggi dan perkembangan ilmu pengetahuan, Pancasila sebenarnya dapat menjadi fondasi moral dan arah etik dalam praktik biologi. Pertanyaan pentingnya: bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat menuntun studi biologi sehingga tidak hanya berkembang secara akademis, tetapi juga bermanfaat bagi kemanusiaan dan keberlanjutan hidup?
Pancasila terdiri dari lima sila yang menjadi dasar bernegara dan berbangsa: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Kelima sila ini tidak sekadar teks yang dihafalkan, melainkan pedoman etika dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia ilmu pengetahuan. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi biologi—seperti rekayasa genetika, bioteknologi pangan, hingga bioinformatika—nilai-nilai Pancasila dapat berperan sebagai “kompas moral” agar sains tetap berpihak pada kehidupan, kemanusiaan, dan keberlanjutan.
Biologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dalam segala aspeknya. Cabangnya sangat luas: mulai dari genetika, fisiologi, ekologi, hingga bioteknologi modern. Studi biologi bukan hanya tentang mengenali struktur tubuh organisme atau mempelajari proses metabolisme, melainkan juga memahami keterkaitan kehidupan dengan lingkungan. Di Indonesia yang kaya keanekaragaman hayati, biologi berperan penting dalam penelitian konservasi, pengelolaan sumber daya alam, hingga pengembangan obat dan pangan.
Jika dilihat lebih dekat, setiap sila dalam Pancasila punya makna yang relevan dengan studi biologi:
Dalam dunia kerja, lulusan biologi bisa meniti karir di berbagai bidang: penelitian, kesehatan, lingkungan, industri pangan, hingga bioteknologi. Di titik inilah Pancasila menjadi penting. Seorang peneliti biologi yang berlandaskan Pancasila akan lebih peka pada isu etika, keberlanjutan, dan keadilan sosial. Misalnya, pengembangan benih unggul berbasis bioteknologi sebaiknya tidak hanya mengejar keuntungan industri, tetapi juga mendukung ketahanan pangan rakyat. Demikian pula penelitian medis berbasis genetika harus menjunjung tinggi hak pasien dan kerahasiaan data. Dengan demikian, Pancasila memastikan ilmu biologi tidak lepas dari nilai kemanusiaan dan keadilan.
Pancasila dan biologi mungkin berasal dari ranah yang berbeda—satu dari filsafat bangsa, satu dari ilmu pengetahuan alam. Namun keduanya bisa saling melengkapi. Biologi memberi pengetahuan tentang kehidupan, sementara Pancasila memberi arah moral agar ilmu itu digunakan dengan bijak. Jika dipadukan, kita bukan hanya mencetak ilmuwan biologi yang cerdas secara akademik, tetapi juga bertanggung jawab secara sosial dan berakar pada nilai-nilai kebangsaan. Dengan cara ini, biologi tidak hanya menjadi alat untuk memahami kehidupan, tetapi juga untuk menjaga kehidupan itu sendiri demi generasi mendatang.