Pemograman Linear
Bayangkan kamu punya sebuah usaha roti. Kamu ingin membuat roti manis dan roti tawar, tapi bahan bakumu terbatas: tepung, gula, dan mentega. Pertanyaannya, berapa banyak tiap jenis roti yang harus dibuat agar keuntungan maksimal, tanpa melebihi bahan yang tersedia?
Inilah dunia pemrograman linier: sebuah metode matematika untuk mencari solusi terbaik (optimal) dari suatu masalah, dengan mempertimbangkan fungsi tujuan (misalnya keuntungan) dan kendala (misalnya bahan baku).
Masalah pemrograman linier selalu punya tiga komponen dasar:
Hasil akhirnya adalah sebuah solusi yang memenuhi semua kendala dan memberikan hasil paling optimal.
Pemrograman linier berkembang pesat pada tahun 1940-an, terutama saat Perang Dunia II, ketika para ilmuwan dan militer mencari cara paling efisien untuk mengalokasikan sumber daya. George Dantzig kemudian memperkenalkan simplex method, sebuah algoritma yang sangat berpengaruh dan hingga kini menjadi inti dari banyak aplikasi optimisasi.
Pemrograman linier adalah salah satu topik kunci dalam matematika terapan, karena:
Walaupun terdengar teknis, pemrograman linier banyak dipakai di kehidupan nyata:
Bayangkan kembali usaha roti. Jika setiap roti manis memberikan keuntungan Rp5.000 dan roti tawar Rp4.000, dengan bahan baku terbatas, kamu ingin menentukan kombinasi roti yang paling menguntungkan. Dengan menggambarkan kendala dalam bentuk garis di bidang dua dimensi, kita bisa melihat area solusi (disebut daerah layak). Titik yang memberi keuntungan maksimal adalah solusi optimal.
Pemrograman linier bukan sekadar alat hitung, melainkan cara berpikir: bagaimana membuat keputusan terbaik di tengah keterbatasan.
Bagi mahasiswa matematika, topik ini memperlihatkan bagaimana konsep sederhana seperti garis dan persamaan linier bisa berkembang menjadi metode ampuh untuk menyelesaikan masalah nyata yang kompleks. Pada akhirnya, pemrograman linier mengajarkan kita seni mengoptimalkan hidup—memilih yang terbaik di antara segala kemungkinan, dengan segala keterbatasan.