Praktisi Kampus Andalan

Pancasila

Nilai-Nilai Pancasila di Balik Industri Rekayasa Sistem Komputer

Kalau mendengar kata rekayasa sistem komputer, bayangan kita biasanya seputar server raksasa, barisan kode yang rumit, atau startup teknologi yang keren. Tapi pernahkah kita membayangkan, bahwa di balik semua inovasi itu, ada nilai dasar bangsa yang bisa (dan seharusnya) jadi kompas? Yup, Pancasila.

Mungkin terdengar agak “serius” di telinga, tapi sebenarnya nilai-nilai Pancasila sangat relevan dengan industri teknologi, khususnya rekayasa sistem komputer. Mari kita bahas satu per satu dengan santai.

Ketuhanan Yang Maha Esa

Dalam konteks rekayasa sistem komputer, sila pertama ini bisa dimaknai sebagai integritas dan etika dalam bekerja.

  • Seorang engineer harus jujur dalam membangun sistem, tidak asal menyalin kode tanpa izin, tidak membuat software yang merugikan orang lain.
  • Sistem yang kita buat harus memberi manfaat, bukan justru menyebarkan hoaks, malware, atau peretasan yang merugikan.

Dengan kata lain, ada nilai “tanggung jawab moral” yang mendasari setiap baris kode.

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Teknologi bukan hanya untuk segelintir orang. Sistem komputer yang baik adalah yang ramah pengguna dan memperhatikan aksesibilitas.

  • Misalnya, membuat aplikasi yang bisa digunakan oleh penyandang disabilitas.
  • Atau memastikan bahwa teknologi tidak hanya menguntungkan kelompok tertentu, tapi bisa diakses oleh masyarakat luas.

Rekayasa sistem komputer yang berlandaskan kemanusiaan akan selalu menempatkan user experience di depan, bukan sekadar keuntungan.

Persatuan Indonesia

Di industri teknologi, kolaborasi lintas tim, lintas daerah, bahkan lintas negara, adalah hal biasa. Sila ketiga mengajarkan bahwa kerja sama lebih kuat daripada jalan sendiri-sendiri.

  • Contohnya: proyek open-source seperti Linux, di mana ribuan orang dari seluruh dunia bekerja sama tanpa melihat asal-usul.
  • Dalam konteks Indonesia, sistem komputer bisa dirancang untuk memperkuat integrasi nasional, misalnya aplikasi pelayanan publik digital yang menyatukan data dari berbagai daerah.

Teknologi seharusnya merekatkan, bukan memecah belah.

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Dalam rekayasa sistem komputer, kita sering melakukan brainstorming, code review, atau scrum meeting. Semua itu pada dasarnya adalah bentuk “musyawarah”.

  • Setiap anggota tim berhak mengemukakan pendapat.Setiap anggota tim berhak mengemukakan pendapat.
  • Keputusan teknis diambil bukan secara sepihak, melainkan dengan pertimbangan bersama.

Hasilnya? Sistem yang dibangun jadi lebih kokoh, karena lahir dari kebijaksanaan kolektif, bukan keputusan satu orang saja.

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Di level industri, sila kelima bisa diterjemahkan sebagai distribusi manfaat teknologi yang merata.

  • Jangan sampai teknologi canggih hanya bisa dinikmati di kota besar, sementara daerah terpencil tertinggal.
  • Rekayasa sistem komputer bisa membantu pemerataan, misalnya dengan sistem pendidikan daring, layanan kesehatan digital, atau aplikasi pertanian pintar untuk petani desa.

Dengan begitu, keadilan sosial bukan hanya slogan, tapi nyata hadir lewat inovasi teknologi.

Penutup: Pancasila, Kompas di Era Digital

Rekayasa sistem komputer sering dianggap urusan logika, algoritma, dan mesin. Padahal, pada akhirnya semua teknologi dibuat oleh manusia dan untuk manusia. Di sinilah nilai-nilai Pancasila menjadi kompas moral, agar industri ini tidak kehilangan arah.

Dengan memegang Pancasila, engineer bukan hanya jadi “pembuat sistem”, tapi juga pembangun peradaban digital yang adil, manusiawi, dan mempersatukan bangsa.

Mahasiswa Sabi

©Repository Muhammad Surya Putra Fadillah